Sabtu, 08 Maret 2014

Inovasi Wayang oleh Mohammad Tavip

Wayang Tavip termasuk dalam mayang kontemporer, Wayang ini terbuat dari mika atau botol plastik yang diwarnaidengan spidol warna-warni. wayang ini terlihat sangat menarik dengan warnanya yang lebih modern. Awal kisah perjalanan  Wayang tavip dimulai dari keterlibatan Tavip mengembangkan wayang motekar bersama pelukis Hery Dim sejak tahun 1993.



ia juga terlibat dalam wayang kakufi, singkatan dari kayu, kulit, dan fiber, merujuk dalam 3 genre wayang yang dimainkan bersamaan dalam satu lakon, yakni wayang kulit, wayang kayu, dan wayang dari fiber. Mereka beberapa kali pentas di luar negeri.

"waktu itu kami berfikir, kok, sayang wayang kulit di buat bagus-bagus tetapi hanya tampak berwarna hitam di kelir (layar). Kami berfikir bagaimana menampilkan wayang-wayang yang berwarna, "kata Tavip. Sebelum tampil sebagai dayang wayang tavip pada Peringatan Imlek Bersama 2014 di Kota Solo, Jawa Tengah.

Plastik mika di lukis dengan spidol transparasi berwarna-warni. Jika menggunakan botol plastik bekas, botol di gunting dulu menjadi lembaran, lantas di setrika dengan di lapisi kertas kora, lalu dibentuk dan diwarnai.

Bahan botol plastik memberi tekstur dan bulatan tersendiri pada wayang. Tavip juga membuat wayang tiga dimensi dengan memanfaatkan botol plastik bekas minuman soda yang bentuknya mirip torso manusia.

"Sampai sekarang saya sering memunguti botol bekas di jalanan. Dulu, saat mahasiswa S-2 kamar indeko saya penuh dengan karung berisi botol plastik " ujar Tavip.

Ketika beresperimen bersama Herry Dim, wayang di mainkan di atas overhead projector (OHP). Dalam pengembangannya, Tavip menggunakan layar dan lampu khusus untuk menampilkan warna, bentuk, dan ornamen wayang serupa aslinya.

Lampu bersifat direct current (DC) sehingga tak pecah saat menampilkan gambar, bahkan ketika diperbesar. Semantara layarnya terbuat dari bahan parasut tanpa serat optik sehingga tak memantulkan sinar lampu yang diterima.

Jika wayang kulit menggunakan satu lampu, Tavip memanfaatkan lampu dari 12 titik untuk menyoroti layar. Ia juga memanfaatkan alat pemutar gambar untuk menampilkan latar belakang yang memperkaya visual wayang yang dimainkan. Untuk menggerakan wayang, dalang harus memahami istilah dalam dunia shooting video, seperti close up, medium shot, dan long shot.

Tavip semakin mendalami wayang dari bahan plastik saat menempuh pendidikan S-2 di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta tahun 2008.

Pendekatan
Tavip lebih memilih pendekatan ke kinian untuk mengakrabkan wayangnya kepada penonton. Misalnya, membuat tokoh Patrick yang berhidung mancung dan bergaya hidup kebarat-baratan. Lewatnya tokoh yang mengingatkan orang pada tokoh Petruk ini, ia memasukkan pesan atau kritik sosial, tetapi umumnya ia sampaikan lewat simbol atau bahasa visual. Iringan musiknya bisa apa saja, seperti potongan musik Kitaro atau lagu Metallica yang di putar ulang lewat komputer jinjing.

Kesuksesan yang ia capai kini bukanlah tanpa usaha tetapi sejak SMP ia habiskan dengan penuh keprihatinan karena keterbatasan ekonomi keluarga. Dibangku SMP ia menjadi kuli, kernet truk pasir, dan menjual martabak. Setamat SMP ia hampir putus sekolah. Ia pun khusus menjait dan menerima jaitan titik hasilnya untuk membiayai sekolah tehnik menengah STM jurusan bangunan gedung.

Setamat STM, Tavip meninggalkan Lampung menuju bandung, sempat jadi mandor bangunan dan penjahit, ia nekat kuliah dengan tabungan hasil bekerja. Ia mendaftar di jurusan theater, dengan minat Studi Pemeranan di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). Saat bekerja menjadi mandor bangunan, ia menghabiskan malam dengan menonton pertunjukkan teater.

Kepandaian menjahit dan pergaulannya dengan komunitas teater membuat tavip kerap di libatkan sebagai penata kostum atau penata artistik pada berbagai pertunjukkan di kampus hingga kini. Ia pun menyempatkan diri untuk berlatih teater. Lulus jenjang D3, tavip menjadi penata kostum produksi film sebuah televisi di jakarta. Ia pernah membantu dosennya menggarap kostum di studio teater. Kala itu tak banyak orang menekuni kostum teater. Ia lalu bekerja sebagai teknisi di jurusan teater ASTI Bandung dan di tempatkan di studio teater. Sebagian gaji di gunakan untuk melanjutkan kuliah S1 dengan tugas akhir kostum pertunjukkan.

Tahun 2007, ASTI (kini sekolah Tinggi Seni Indonesia garing STSI) Bandung membuka Jurusan Seni Rupa Pertunjukkan dan didalamnya terdapat program Kria Pentas dan Kria Busana. Tavip pun menjadi dosen yang mengajar Kostum Pertunjukkan. Kini, ia tercatat sebagai dosen di jurusan seni rupa dan kepala program srudi Tata Rias dan Busana.

kompas, 3 maret 2014

0 komentar:

Posting Komentar