![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBZIn3D0zDvNa-8Sm819gk5CfSICbvq_Tp0ciLO7-J379q-aDLSVouXNkxqE6EMDd_LwaN0OO1UxIZzOsCjGaoD1OXfEzhzeI9dR4VxwZpqFW0pSIOMyc8ZQBNP1SpyZHgCxVVfAJ20_c/s1600/hiv-aids-logo.gif)
Pandangan Sosiologi Kesehatan terhadapap Penyakit HIV/AIDS
Dalam pandangan sosiologi HIV/AIDS merupakan bencana besar yang sewaktu-waktu bisa menyerang siapapun dan dimanapun, sehingga permasalahan tersebut dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan dan misterius, penyakit ini menimbulkan masalah sosial, hal ini dikarnakan penyakit HIV/AIDS belum memiliki obat, tidak dapat disembuhkan dan berujung pada kematian seorang individu yang mengidap penyakit ini dapat mengalami hukuman sosial, seperti dikucilkan, ditolak oleh lembaga pendidikan (contoh: sekolah, tempat les), ditolak dilingkungan sosialnya (contoh: teman-teman) hingga ditolak di lembaga kesehatan (contoh: Rumah Sakit Umum). Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada
petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Semua hal di atas dikarnakan adanya sifat yang melekat pada masyarakat kita yaitu saling membutuhkan satu sama lain. Selayaknya sperangkat komponen organisme tubuh yang saling melengkapi satu sama lain karena bersifat komplementer, jika slah satu dari organ tersebut tidak berfungsi dengan baik maka komponen atau organ yang lainpun tidak akan berfungsi dengan optimal, maka organ yang lain pula tidak akan berfungsi dengan baik, sehingga setiap orang memiliki hak untuk berinteraksi dan mendapatkan relasi dari sesamanya. Tetapi terkadang penyakit yang diderita justru menjadi ancaman dan penghalang yang dapat membatasi mereka dalam bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya, apalagi penyakit yang diderita adalah penyakit yang mematikan dan belum ada obatnya sehingga memberikan dampak negatif bagi orang yang ada di sekitarnya. belum lagi ditambah dengan labeling yang diberikan oleh masyarakat terhadap pengidap penyakit HIV/AIDS yang dinilai sebagai akibat perbuatan negatif dan asusila yang melanggar nilai dan norma yang ada pada masyarakat seperti pergaulan bebas (Free Seks) dan narkotika yang selama ini dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia, sehingga secara otomatis si penderita akan terkucilkan dari masyarakat sekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar